MAKALAH
PEMBELAJARAN
CONTEKSTUAL TEACHING AND LEARNING
(CTL)
DI SUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK 5
AYU ASRIANI ASRI
SARINA SAPUKAL
TITIN ASTINI
WAODE NIKEN
UNIVERSITAS
TOMPOTIKA LUWUK
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
T.A :
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, oleh karena penyertaan, bimbingan, rahmat, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah “ Pembelajaran CTL “
sebagai mana adanya untuk memenuhi tugas yang diberikan. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Ibu
Dosen yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada penulis.
Kami
menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini saya menghaturkan rasa hormat
dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan oleh karenanya, dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka kami menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Luwuk, November 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejauh ini pendidikan kita masih
didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang
harus di hafal. Kelas masih berfokus kepada guru sebagai sumber utama
pengetahuan. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih
memberdayakan siswa. Strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal
fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan
pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Selain itu, pembelajaran yang
berorientasi target materi kurang berhasil dalam membekali anak memecahkan
masalah, belajar lebih bermakna jika anak “mengalami” dan bukan “mengetahui”,
strategi belajar lebih penting dari pada hasil, mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata akan menjadikan pembelajaran lebih
bermakna.
Akhir-akhir ini perubahan CTL
merupakan salah satu pendidikan pembelajaran yang banyak diminati pendidik
karena meode CTL ini menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk
menentukan materi dan mempraktekkannya dalam kehidupan kesehariannya sehingga
belajar dalam kontek CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi
belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses pengalaman
itu diharapkan perkembangan peserta didik terjadi secara menyeluruh, yang bukan
hanya sisi kognitif saja, tetapi aspek psikomotorik (ketrampilan siswa) dan aspek afektif dalam arti tingkah laku
yang sekarang ini banyak dilupakan para pendidik dan peserta didik.
Pendekatan konstektual merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari
.Dengan konsep itu,hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa,Proses pembelajaran alamiah berlangsung dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami,bukan mentrasfer pengetahuan dari guru kesiswa .Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.
B.
Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud Pembelajaran CTL ?
- Bagaimana Strategi Pembelajaran CTL ?
- Bagaimana Komponen Pembelajaran CTL ?
- Bagaimana Prinsip Pembelajaran CTL ?
- Bagaimana Langkah-langkah Pelaksanaan Pendekatan CTL ?
- Apa Tujuan Pembelajaran CTL ?
- Apa Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran CTL ?
C.
Tujuan Penulisan
Setelah mengikuti diskusi ini, Mahasiswa diharapkan dapat :
- Menjelaskan Pengertian Pembelajaran CTL
- Menjelaskan Strategi Pembelajaran CTL
- Menjelaskan Komponen Pembelajaran CTL
- Menjelaskan Prinsip Pembelajaran CTL
- Menjelaskan Langkah-langkah Pelaksanaan Pendekatan CTL
- Menjelaskan Tujuan Pembelajaran CTL
- Menjelasan Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran CTL
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembelajaran CTL
Menurut Nur Hadi CTL adalah konsep
belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan
dan situasi dunia nyata siswa.
Menurut Jonhson CTL adalah sebuah
proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat siswa
melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian
mereka.
Jadi, CTL adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka.
B.
Strategi Pembelajaran CTL
Beberapa strategi pembelajaran yang
perlu dikembangkan oleh guru secara konstektual antara lain:
1. Pembelajaran berbasis masalah.
Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa
ditantang untuk berfikir kritis untuk memecahkan .
2. Menggunakan konteks yang beragam.
Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga
makna yang diperoleh siswa menjadi berkualitas.
3. Mempertimbangkan kebhinekaan siswa.
Guru mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan
individual dan social seyogianya
dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar saling menghormati dan toleransi untuk
mewujudkan ketrampilan interpersonal.
4. Memberdayakan siswa untuk belajar
sendiri.
Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa
untuk menguasai cara belajar untuk belajar mandiri dikemudian hari.
5. Belajar melalui kolaborasi
Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol
dibandingkan dengan koleganya dan sisiwa ini dapat dijadikan sebagai fasilitator
dalam kelompoknya.
6. Menggunakan penelitian autentik
Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah
berlangsung secara terpadu dan konstektual dan memberi kesempatan pada siswa
untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
7. Mengejar standar tinggi
Setiap seyogianya menentukan kompetensi kelulusan dari
waktu kewaktu terus ditingkatkan dan
setiap sekolah hendaknya melakukan Benchmarking dengan melukan study banding
keberbagai sekolah dan luar negeri
Berdasarkan Center for Occupational Research and
Development (CORD) Penerapan strategi pembelajaran konstektual digambarkan
sebagai berikut:
1. Relating
Belajar dikatakan dengan konteks dengan pengalaman nyata, konteks
merupakan kerangka kerja yang dirancang guru
untuk membantu peserta didik agar yang dipelajarinya bermakna.
2. Experiencing
Belajar adalah kegiatan “mengalami “. peserta didik
diproses secara aktif dengan hal yang dipelajarinya dan berupaya melakukan
eksplorasi terhadap hal yang dikaji,berusaha menemukan dan menciptakan hal yang
baru dari apa yang dipelajarinya.
3. Applying
Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan
pengetahuan yang dimiliki dengan dalam konteks dan pemanfaatanya.
4. Cooperative
Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui
kegiatan kelompok,komunikasi interpersonal atau hubunngan intersubjektif.
5. Trasfering
Belajar menenkankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan
pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.
C.
Komponen Pembelajaran CTL
CTL sebagai suatu model, dalam
implementasinya tentu saja memerlukan perencanaan pembelajaran yang
mencerminkan konsep dan prinsip CTL.
Setiap model pembelajaran, disamping
memiliki unsur persamaan, juga ada beberapa perbedaan tertentu. Hal ini karena
setiap model memiliki karakteristik khas tertentu, yang tentu saja berimplikasi
pada adanya perbedaan tertentu pula dalam membuat desain (skenario) yang
disesuaikan dengan model yang akan diterapkan.
Ada tujuh komponen pembelajaran
contekstual yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu :
1. Konstruktivisme ( Constructivism )
Konstruktivisme merupakan landasan
berfikir ( filosofi ) dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk
diambil atau diingat. Manusia harus membangun pengetahuan itu memberi makna
melalui pengalaman yang nyata. Batasan konstruktivisme diatas memberikan
penekanan bahwa konsep bukanlah tidak penting sebagai bagian integral dari
pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh siswa, akan tetapi bagaimana dari
setiap konsep atau pengetahuan yang dimiliki siswa itu dapat memberikan pedoman
nyata terhadap siswa untuk di aktualisasikan dalam kondisi nyata.
Pembelajaran akan dirasakan memiliki
makna apabila secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan
pengalaman sehari-hari yang dialami oleh siswa itu sendiri. Oleh karena itu,
setiap guru harus memiliki bekal wawasan yang cukup luas, sehingga dengan
wawasannya itu ia selalu dengan mudah memberikan ilustrasi, menggunakan sumber
belajar, dan media pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk aktif mencari
dan melakukan serta menemukan sendiri kaitan antara konsep yang dipelajari
dengan pengalamannya.
2. Menemukan ( inquiry )
Menemukan merupakan kegiatan inti dari
CTL melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan
keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan
hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan
sendiri.
Langkah-langkah dalam proses inquiry antara lain :
a) Merumuskan masalah
b) Mengajukan hipotesis
c) Mengumpulkan data
d) Menguji hipotesis
e) Membuat kesimpulan
3. Bertanya ( Questioning ).
Unsur lain yang menjadi karakteristik
utama CTL adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetahuan yang
dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu, bertanya
merupakan strategi utama dalam CTL. Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus di
fasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam
menggunakan pertanyaan yangt baik akn mendorong pada peningkatan kualitas dan
produktifitas pembalajaran. Seperti pada tahapan sebelumnya berkembangnya
kemampuan dan keinginan untuk bertanya, sangat dipengaruhi oleh suasana
pembelajaran yang dikembangkan oleh guru.
4. Masyarakat Belajar ( learning
community )
Maksud dari masyarakat belajar adalah
membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memenfaatkan sumber belajar
dari teman – teman belajarnya. Seperti yang disarankan dalam learning
community, bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain
melalui berbagai pengalaman (sharing). Melalui sharing ini anak dibiasakan
untuk saling memberi dan menerima, sifat ketergantungan positif dalam lerning
community dikembangkan.
Manusia diciptakan sebagai makhluk
individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Hal ini berimplikasi pada ada
saatnya seseorang bekerja sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapka, namun
disisi lain tidak bisa melepaskan dari ketergantungan dengan pihak lain.
Penerapan learning community dalam pembelajaran dikelas akan banyak bergantung
pada model komunikasipembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Di mana dituntut
keterampilan dan profesionalisme guru untuk mengembangkan komunikasi banyak
arah (interaksi), yaitu model komunikasi yang bukan hanya hubungan antara guru
dengan siswa atau sebaliknya, akan tetapi secara luas dibuka jalur hubungan
komunikasi pembelajaran antara siswa dengan siswa lainnya.
5. Pemodelan (Modelling)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, rumitnya permasalahan hidup yang dihadapi serta tuntutan siswa yang
semakin berkembang dan beranekaragam, telah berdampak pada kemampuan guru yang
memiliki kemampuan lengkap, dan ini yang sulit dipenuhi. Oleh karena itu, maka
kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan
segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami
hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa
yang cukup heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan
alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan
siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh
guru.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang
apa yang baru terjadi atau baru saja di pelajari. Dengan kata lain refleksi
adalah berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu,
siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan
yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari penfetahuan sebelumnya.pada
saat refleksi,siswa di berikan kesempatan untuk mncerna, membimbing,
membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendri
(learning to be).
Pengetahuan yang bermakna di peroleh
dari suatu proses yang bermakna pula,yaitu melalui penerimaan,pngelolahan dan
pengendapan, untuk kemudian dapat di jadikan sandaran dalam menghadapi terhadap
gejala yang muncul kemudian.mengelalui model CTL, pengalaman belajar bukan
hanya terjadi dan di miliki ketika seseorang siswa berada di dalam kelas, akan
tetapi jauh lebih penting dari itu adalah membawa pengalaman belajar tersebut
keluar dari kelas,yaitu pada saat ia di tuntut untuk menanggapi dan memecahkn
permasalahan nyata yang di hadapi sehari-hari.kemampuan untuk mengaplikasikn
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dunia nyata yang di hadapinya akan mudah
di aktualisasikan manakala pengalaman belajar itu telah trinternalisasi dalam
setiap jiwa siswa dan disinilah pentingnya menerapkn unsur refleksi pada setiap
pembelajaraan.
7. Penilaian Sebenarnya (Authentic
assessmen)
Tahap teakhir dari pembeljaran
kontekstual adalah melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari
pembelajaran memiliki fungsih yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi
kualitas proses dan jasil pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian adalah
proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran
atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai
data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari peneraan penilaian,
maka akan semaki akurat pula pemahaman
guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa. Guru dengan
cermat akan mengetahui kemajuan, kemunduran, dan kesulitan siswa dalam belajar,
dan dengan itu pula guru akan memiliki kemudahan untuk melakukan upaya-upaya
perbaikan dan penyempurnaan proses bimbingan belajar dalam langkah selanjutnya.
Mengingat gambaran tentang kemajuan belajar siswa diperlukan disepanjang proses
pembelajaran, maka penilaian tidak hanya dilakukan diakhir program
pembelajaran, akan tetapi secara integral dilakukan selama proses program
pembelajaran itu terjadi. Dengan cara tersebut, guru secara nyata akan
mengetahui tingkat kemampuan siswa yang sebenarnya. Proses pembelajaran dengan
menggunakan CTL harus mempertimbangkan karakteristik-karakteristik: 1) kerja
sama; 2) saling menunjang; 3) menyenangkan dan tidak membosankan; 4) belajar
dengan bergairah; 5) pembelajaran terintegrasi; 6) menggunakan berbagai sumber;
7) siswa aktif ; 8) sharing dengan teman; 9) siswa kritis guru kreatif; 10)
dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa (peta-peta,
gambar, artikel); 11) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil
karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain. (
Depdiknas, 2002:20 ).
Secara umum, tdak ada perbedaan
mendasar antara format program pembelajaran konvesional seperti yang biasa dilakukan
oleh guru-guru selama ini. Adapun yang membedakannya, terletak pada
penekanannya, dimana pada model konfesional lebih menekankan pada deskripsi
tujuan yang akan dicapai (jelas dan opersional) sementara program pembelajaran
CTL lebih menekankan pada skenario pembelajarannya, yaitu kegiatan tahap – demi
tahap yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu, program pembelajaran kontekstual
hendaknya:
1. Nyatakan
kegiatan utama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang
merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator
pencapaian hasil belajar.
2. Rumuskan
dengan jelas tujuan umum pembelajarannya.
3. Uraikan
secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan digunakan untuk
mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan.
4. Rumuskan
skenario tahap-demi tahap kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam melakukan
proses pembelajarannya.
5. Rumuskan
dan lakukan sistem penilaian dengan memfokuskan pada kemampuan sebenarnya yang
dimiliki oleh siswa baik pada saat berlangsungnya (proses) maupun setelah siswa
tersebut selesai belajar.
D.
Prinsip Pembelajaran CTL
Dengan menerapkan CTL tanpa disadari
pendidik telah mengikuti tiga prinsip ilmiah modern yang menunjang dan mengatur
segala sesuatu di alam semesta, yaitu:
1. Prinsip
saling ketergantungan mengajarkan
bahwa segala sesuatu di alam semesta saling bergantung dan saling berhubungan.
Dalam CTL prinsip kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali
keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya, dengan siswa-siswa, dengan
masyarakat dan dengan lingkungan. Prinsip kesaling-bergantungan mengajak siswa
untuk saling bekerjasama, saling mengutarakan pendapat, saling mendengarkan
untuk menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah.
Prinsipnya adalah menyatukan pengalaman-pengalaman dari masing-masing individu
untuk mencapai standar akademik yang tinggi.
2. Prinsip
diferensiasi merujuk pada
dorongan terus menerus dari alam semesta untuk menghasilkan keragaman,
perbedaan dan keunikan. Dalam CTL prinsip diferensiasi membebaskan para siswa
untuk menjelajahi bakat pribadi, memunculkan cara belajar masing-masing
individu, berkembang dengan langkah mereka sendiri. Disini para siswa diajak
untuk selalu kreatif, berpikir kritis guna menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat.
3. Prinsip
pengaturan diri menyatakan
bahwa segala sesuatu diatur, dipertahankan dan disadari oleh diri sendiri.
Prinsip ini mengajak para siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Mereka
menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai
alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan
solusi dan dengan kritis menilai bukti. Selanjutnya dengan interaksi antar
siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru sekaligus menemukan minat
pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan keterbatasan
kemampuan.
E.
Langkah – langkah Pembelajaran CTL
Langkah-langkah pembelajaran CTL antara lain :
1. Mengembangkan pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,menemukan sendiri ,dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan
inquiri untuk semua topic
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa
dengan bertanya
4. Menciptakan masyarakat belajar
5. Menghadirkan model sebagai contoh
belajar
6. Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
7. Melakukan penialain yang sebenarnya
dengan berbagai cara.
F.
Tujuan Pembelajaran CTL
Model pembelajaran CTL ini bememiliki beberapa tujuan diantaranya
:
1. Memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya
dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari
sehingga siswa memiliki pengetahuan atau ketrampilan yang secara refleksi dapat
diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainya.
2. Bahwa dalam belajar itu tidak hanya
sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman.
3. Melatih siswa agar dapat berfikir
kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan
menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain
4. Pembelajaran lebih produktif dan
bermakna
5. Mengajak anak pada suatu aktivitas
yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks jehidupan sehari-hari
6. Siswa secara indinidu dapat menemukan
dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi
itu miliknya sendiri.
G.
Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran
CTL
Kelebihan
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna
dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting,
sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata
bukan saja bagi siswa, materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak
akan mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu
menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL
menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
v Kelemahan
1. Guru lebih intensif dalam membimbing.
Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi.
Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang
sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya.
Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang
memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat
belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar
dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri
untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan
bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa
yang diterapkan semula.
3. Kemampuan setiap siswa berbeda,
sehingga tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada bab – bab sebelumnya dapat
disimpulkan hal – hal sebagai berikut :
1. CTL adalah suatu strategi pembelajaran
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
2. Dalam pembelajaran CTL guru diharapkan
dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang berbasis masalah sehingga siswa
lebih berpikir keras untuk memecahkan permasalahan demi mengejar standar tinggi
namun tetap memperhatikan kebhinekaan dari tiap – tiap siswa.
3. Pembelajaran CTL mendorong guru untuk
meningkatkan pengetahuan baru dalam strukur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman atau penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Kemudian
mempelajari penemuan dengan mengurutkan serta mengevaluasi kembali kejadian
atau peristiwa pembelajaran telah dilaluinya untuk mendapatkan pemahaman yang
dicapai baik yang bersifat positif maupun bernilai negatif.
4. Dengan menerapkan CTL tanpa disadari
pendidik telah mengikuti tiga prinsip ilmiah modern yang menunjang dan mengatur
segala sesuatu di alam semesta yaitu prinsip saling ketergantungan, prinsip berdeferensiasi
(keunikan individu) dan prinsip pengorganisasian diri.
5.
Secara umum pembelajaran CTL bertujuan untuk memotivasi
siswa untuk berfikir kritis serta memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya bukan sekedar
menggunakan metode menghafal. Memahami makna pelajaran dengan mengkaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa
memiliki pengetahuan atau ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan
dari permasalahan sehari – hari
6.
Model pembelajaran CTL memiliki kelebihan maupun kekurangan yang
perlu diperhatikan demi pengembangan pengetahuan serta keterampilan siswa.
B.
Saran
Tanpa kita sadari ternyata begitu
banyak manfaat dari proses pembelajaran CTL untuk meningkatkan kualitas belajar
mengajar dikelas. Baik untuk siswa itu sendiri maupun guru. Oleh karena itu
penulis menyarankan agar kita lebih serius dalam mempelajari pembelajaran CTL .
Dan dalam kehidupan bermasyarakat pembelajaran CTL dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari – hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr. Rusman, M. Pd , 2012
. Model – model Pembelajaran .
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Hakim, Lukmanul. 2009. Perencanaan Pembelajaran . Bandung : CV
Wacana Prima.