Kamis, 31 Desember 2015

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning



MAKALAH
PEMBELAJARAN CONTEKSTUAL TEACHING AND LEARNING
(CTL)
DI SUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK 5

AYU ASRIANI ASRI
SARINA SAPUKAL
TITIN ASTINI
WAODE NIKEN

UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
T.A : 2013/2014


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, oleh karena penyertaan, bimbingan, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah “ Pembelajaran CTL    sebagai mana adanya untuk memenuhi tugas yang diberikan.  Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada penulis.
Kami  menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini saya menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami  menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami  telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat diselesaikan  dengan baik dan oleh karenanya, dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka kami menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Luwuk, November 2014         

                                                                                                                       Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus di hafal. Kelas masih berfokus kepada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.

Selain itu, pembelajaran yang berorientasi target materi kurang berhasil dalam membekali anak memecahkan masalah, belajar lebih bermakna jika anak “mengalami” dan bukan “mengetahui”, strategi belajar lebih penting dari pada hasil, mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata akan menjadikan pembelajaran lebih bermakna.

Akhir-akhir ini perubahan CTL merupakan salah satu pendidikan pembelajaran yang banyak diminati pendidik karena meode CTL ini menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menentukan materi dan mempraktekkannya dalam kehidupan kesehariannya sehingga belajar dalam kontek CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses pengalaman itu diharapkan perkembangan peserta didik terjadi secara menyeluruh, yang bukan hanya sisi kognitif saja, tetapi aspek psikomotorik (ketrampilan siswa)  dan aspek afektif dalam arti tingkah laku yang sekarang ini banyak dilupakan para pendidik dan peserta didik.
Pendekatan konstektual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari .Dengan konsep itu,hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa,Proses pembelajaran alamiah berlangsung dalam bentuk kegiatan siswa  bekerja dan mengalami,bukan mentrasfer pengetahuan dari guru kesiswa .Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.

B.      Rumusan Masalah

  • Apa yang dimaksud Pembelajaran CTL ?
  • Bagaimana Strategi Pembelajaran CTL ?
  • Bagaimana Komponen Pembelajaran CTL ?
  • Bagaimana Prinsip Pembelajaran CTL ?
  • Bagaimana Langkah-langkah Pelaksanaan Pendekatan CTL ?
  • Apa Tujuan Pembelajaran CTL ?
  • Apa Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran CTL ?

C.      Tujuan Penulisan
  Setelah mengikuti diskusi ini, Mahasiswa diharapkan dapat :

  • Menjelaskan Pengertian Pembelajaran CTL
  • Menjelaskan Strategi Pembelajaran CTL
  • Menjelaskan Komponen Pembelajaran CTL
  • Menjelaskan Prinsip Pembelajaran CTL
  • Menjelaskan Langkah-langkah Pelaksanaan Pendekatan CTL
  •  Menjelaskan Tujuan Pembelajaran CTL
  • Menjelasan Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran CTL



BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Pembelajaran CTL
Menurut Nur Hadi CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.
Menurut Jonhson CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.
Jadi, CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

B.      Strategi Pembelajaran CTL
Beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara konstektual antara lain:
1.      Pembelajaran berbasis masalah.
Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang untuk berfikir kritis untuk memecahkan .
2.      Menggunakan konteks yang beragam.
Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang diperoleh siswa menjadi berkualitas.
3.      Mempertimbangkan kebhinekaan siswa.
Guru mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan social seyogianya  dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar  saling menghormati dan toleransi untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal.
4.      Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri.
Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa untuk menguasai cara belajar untuk belajar mandiri dikemudian hari.
5.      Belajar melalui kolaborasi
Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan dengan koleganya dan sisiwa ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam kelompoknya.
6.      Menggunakan penelitian autentik
Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan konstektual dan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
7.      Mengejar standar tinggi
Setiap seyogianya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu kewaktu terus ditingkatkan  dan setiap sekolah hendaknya melakukan Benchmarking dengan melukan study banding keberbagai sekolah dan luar negeri
Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD) Penerapan strategi pembelajaran konstektual digambarkan sebagai berikut:

1.      Relating
Belajar dikatakan dengan konteks dengan pengalaman nyata, konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru  untuk membantu peserta didik agar yang dipelajarinya bermakna.
2.      Experiencing
Belajar adalah kegiatan “mengalami “. peserta didik diproses secara aktif dengan hal yang dipelajarinya dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji,berusaha menemukan dan menciptakan hal yang baru dari apa yang dipelajarinya.
3.      Applying
Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dengan dalam konteks dan pemanfaatanya.
4.      Cooperative
Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui kegiatan kelompok,komunikasi interpersonal atau hubunngan intersubjektif.
5.      Trasfering
Belajar menenkankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.

C.      Komponen Pembelajaran CTL
CTL sebagai suatu model, dalam implementasinya tentu saja memerlukan perencanaan pembelajaran yang mencerminkan konsep dan prinsip CTL.
Setiap model pembelajaran, disamping memiliki unsur persamaan, juga ada beberapa perbedaan tertentu. Hal ini karena setiap model memiliki karakteristik khas tertentu, yang tentu saja berimplikasi pada adanya perbedaan tertentu pula dalam membuat desain (skenario) yang disesuaikan dengan model yang akan diterapkan.
Ada tujuh komponen pembelajaran contekstual yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu :
1.      Konstruktivisme ( Constructivism )
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir ( filosofi ) dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil atau diingat. Manusia harus membangun pengetahuan itu memberi makna melalui pengalaman yang nyata. Batasan konstruktivisme diatas memberikan penekanan bahwa konsep bukanlah tidak penting sebagai bagian integral dari pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh siswa, akan tetapi bagaimana dari setiap konsep atau pengetahuan yang dimiliki siswa itu dapat memberikan pedoman nyata terhadap siswa untuk di aktualisasikan dalam kondisi nyata.
Pembelajaran akan dirasakan memiliki makna apabila secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pengalaman sehari-hari yang dialami oleh siswa itu sendiri. Oleh karena itu, setiap guru harus memiliki bekal wawasan yang cukup luas, sehingga dengan wawasannya itu ia selalu dengan mudah memberikan ilustrasi, menggunakan sumber belajar, dan media pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk aktif mencari dan melakukan serta menemukan sendiri kaitan antara konsep yang dipelajari dengan pengalamannya.

2.      Menemukan ( inquiry )
Menemukan merupakan kegiatan inti dari CTL melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.
Langkah-langkah dalam proses inquiry antara lain :
a)      Merumuskan masalah
b)      Mengajukan hipotesis
c)      Mengumpulkan data
d)      Menguji hipotesis
e)      Membuat kesimpulan

3.      Bertanya ( Questioning ).
Unsur lain yang menjadi karakteristik utama CTL adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu, bertanya merupakan strategi utama dalam CTL. Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus di fasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan yangt baik akn mendorong pada peningkatan kualitas dan produktifitas pembalajaran. Seperti pada tahapan sebelumnya berkembangnya kemampuan dan keinginan untuk bertanya, sangat dipengaruhi oleh suasana pembelajaran yang dikembangkan oleh guru.
4.      Masyarakat Belajar ( learning community )
Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memenfaatkan sumber belajar dari teman – teman belajarnya. Seperti yang disarankan dalam learning community, bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman (sharing). Melalui sharing ini anak dibiasakan untuk saling memberi dan menerima, sifat ketergantungan positif dalam lerning community dikembangkan.
Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Hal ini berimplikasi pada ada saatnya seseorang bekerja sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapka, namun disisi lain tidak bisa melepaskan dari ketergantungan dengan pihak lain. Penerapan learning community dalam pembelajaran dikelas akan banyak bergantung pada model komunikasipembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Di mana dituntut keterampilan dan profesionalisme guru untuk mengembangkan komunikasi banyak arah (interaksi), yaitu model komunikasi yang bukan hanya hubungan antara guru dengan siswa atau sebaliknya, akan tetapi secara luas dibuka jalur hubungan komunikasi pembelajaran antara siswa dengan siswa lainnya.
5.      Pemodelan (Modelling)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya permasalahan hidup yang dihadapi serta tuntutan siswa yang semakin berkembang dan beranekaragam, telah berdampak pada kemampuan guru yang memiliki kemampuan lengkap, dan ini yang sulit dipenuhi. Oleh karena itu, maka kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh guru.
6.      Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja di pelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari penfetahuan sebelumnya.pada saat refleksi,siswa di berikan kesempatan untuk mncerna, membimbing, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendri (learning to be).
Pengetahuan yang bermakna di peroleh dari suatu proses yang bermakna pula,yaitu melalui penerimaan,pngelolahan dan pengendapan, untuk kemudian dapat di jadikan sandaran dalam menghadapi terhadap gejala yang muncul kemudian.mengelalui model CTL, pengalaman belajar bukan hanya terjadi dan di miliki ketika seseorang siswa berada di dalam kelas, akan tetapi jauh lebih penting dari itu adalah membawa pengalaman belajar tersebut keluar dari kelas,yaitu pada saat ia di tuntut untuk menanggapi dan memecahkn permasalahan nyata yang di hadapi sehari-hari.kemampuan untuk mengaplikasikn pengetahuan, sikap, dan keterampilan dunia nyata yang di hadapinya akan mudah di aktualisasikan manakala pengalaman belajar itu telah trinternalisasi dalam setiap jiwa siswa dan disinilah pentingnya menerapkn unsur refleksi pada setiap pembelajaraan.
7.      Penilaian Sebenarnya (Authentic assessmen)
Tahap teakhir dari pembeljaran kontekstual adalah melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memiliki fungsih yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan jasil pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari peneraan penilaian, maka akan semaki  akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa. Guru dengan cermat akan mengetahui kemajuan, kemunduran, dan kesulitan siswa dalam belajar, dan dengan itu pula guru akan memiliki kemudahan untuk melakukan upaya-upaya perbaikan dan penyempurnaan proses bimbingan belajar dalam langkah selanjutnya. Mengingat gambaran tentang kemajuan belajar siswa diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka penilaian tidak hanya dilakukan diakhir program pembelajaran, akan tetapi secara integral dilakukan selama proses program pembelajaran itu terjadi. Dengan cara tersebut, guru secara nyata akan mengetahui tingkat kemampuan siswa yang sebenarnya. Proses pembelajaran dengan menggunakan CTL harus mempertimbangkan karakteristik-karakteristik: 1) kerja sama; 2) saling menunjang; 3) menyenangkan dan tidak membosankan; 4) belajar dengan bergairah; 5) pembelajaran terintegrasi; 6) menggunakan berbagai sumber; 7) siswa aktif ; 8) sharing dengan teman; 9) siswa kritis guru kreatif; 10) dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa (peta-peta, gambar, artikel); 11) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain. ( Depdiknas, 2002:20 ).
Secara umum, tdak ada perbedaan mendasar antara format program pembelajaran konvesional seperti yang biasa dilakukan oleh guru-guru selama ini. Adapun yang membedakannya, terletak pada penekanannya, dimana pada model konfesional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan opersional) sementara program pembelajaran CTL lebih menekankan pada skenario pembelajarannya, yaitu kegiatan tahap – demi tahap yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu, program pembelajaran kontekstual hendaknya:
1.  Nyatakan kegiatan utama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar.
2.  Rumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajarannya.
3.  Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan.
4.  Rumuskan skenario tahap-demi tahap kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam melakukan proses pembelajarannya.
5.  Rumuskan dan lakukan sistem penilaian dengan memfokuskan pada kemampuan sebenarnya yang dimiliki oleh siswa baik pada saat berlangsungnya (proses) maupun setelah siswa tersebut selesai belajar.


D.     Prinsip Pembelajaran CTL
Dengan menerapkan CTL tanpa disadari pendidik telah mengikuti tiga prinsip ilmiah modern yang menunjang dan mengatur segala sesuatu di alam semesta, yaitu: 
1.      Prinsip saling ketergantungan mengajarkan bahwa segala sesuatu di alam semesta saling bergantung dan saling berhubungan. Dalam CTL prinsip kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya, dengan siswa-siswa, dengan masyarakat dan dengan lingkungan. Prinsip kesaling-bergantungan mengajak siswa untuk saling bekerjasama, saling mengutarakan pendapat, saling mendengarkan untuk menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah. Prinsipnya adalah menyatukan pengalaman-pengalaman dari masing-masing individu untuk mencapai standar akademik yang tinggi.
2.      Prinsip diferensiasi merujuk pada dorongan terus menerus dari alam semesta untuk menghasilkan keragaman, perbedaan dan keunikan. Dalam CTL prinsip diferensiasi membebaskan para siswa untuk menjelajahi bakat pribadi, memunculkan cara belajar masing-masing individu, berkembang dengan langkah mereka sendiri. Disini para siswa diajak untuk selalu kreatif, berpikir kritis guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
3.      Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa segala sesuatu diatur, dipertahankan dan disadari oleh diri sendiri. Prinsip ini mengajak para siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Mereka menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti. Selanjutnya dengan interaksi antar siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan keterbatasan kemampuan.

E.      Langkah – langkah Pembelajaran CTL
Langkah-langkah pembelajaran CTL antara lain :
1.      Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,menemukan sendiri ,dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
2.      Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topic
3.      Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4.      Menciptakan masyarakat belajar
5.      Menghadirkan model sebagai contoh belajar
6.      Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
7.      Melakukan penialain yang sebenarnya dengan berbagai cara.

F.       Tujuan Pembelajaran CTL
Model pembelajaran CTL ini bememiliki beberapa tujuan diantaranya :
1.      Memotivasi siswa untuk memahami makna materi  pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atau ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainya.
2.      Bahwa dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman.
3.      Melatih siswa agar dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain
4.      Pembelajaran lebih produktif dan bermakna
5.      Mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks jehidupan sehari-hari
6.      Siswa secara indinidu dapat menemukan dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri.

G.     Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran CTL
 Kelebihan
1.      Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata bukan saja bagi siswa, materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
2.      Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
v  Kelemahan
1.      Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2.      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
3.      Kemampuan setiap siswa berbeda, sehingga tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini. 



BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada bab – bab sebelumnya dapat disimpulkan hal – hal sebagai berikut :
1.      CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
2.      Dalam pembelajaran CTL guru diharapkan dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang berbasis masalah sehingga siswa lebih berpikir keras untuk memecahkan permasalahan demi mengejar standar tinggi namun tetap memperhatikan kebhinekaan dari tiap – tiap siswa.
3.      Pembelajaran CTL mendorong guru untuk meningkatkan pengetahuan baru dalam strukur kognitif siswa berdasarkan pengalaman atau penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Kemudian mempelajari penemuan dengan mengurutkan serta mengevaluasi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran telah dilaluinya untuk mendapatkan pemahaman yang dicapai baik yang bersifat positif maupun bernilai negatif.
4.      Dengan menerapkan CTL tanpa disadari pendidik telah mengikuti tiga prinsip ilmiah modern yang menunjang dan mengatur segala sesuatu di alam semesta yaitu prinsip saling ketergantungan, prinsip berdeferensiasi (keunikan individu) dan prinsip pengorganisasian diri.
5.       Secara umum pembelajaran CTL bertujuan untuk memotivasi siswa untuk berfikir kritis serta memahami makna materi  pelajaran yang dipelajarinya bukan sekedar menggunakan metode menghafal. Memahami makna pelajaran dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atau ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan sehari – hari
6.       Model pembelajaran CTL  memiliki kelebihan maupun kekurangan yang perlu diperhatikan demi pengembangan pengetahuan serta keterampilan siswa.


B.      Saran
Tanpa kita sadari ternyata begitu banyak manfaat dari proses pembelajaran CTL untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar dikelas. Baik untuk siswa itu sendiri maupun guru. Oleh karena itu penulis menyarankan agar kita lebih serius dalam mempelajari pembelajaran CTL . Dan dalam kehidupan bermasyarakat pembelajaran CTL dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari.






















DAFTAR PUSTAKA
Dr. Rusman, M. Pd , 2012 . Model – model Pembelajaran . Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Hakim, Lukmanul. 2009. Perencanaan Pembelajaran . Bandung : CV Wacana Prima.



 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar